… dimulai sejak era 70-an. Ketika saya masih anak-anak, di suatu kampoeng di tenggara kota Bondowoso, Jawa Timur.. Di kampoeng saya, untuk menghindari seorang anak terkena demam tinggi dan kejang (step), mereka diminumkan sesendok kopi.
Mungkin saja, ini berdasarkan data pengamatan (observasi), tapi kemungkinan bukan dari kajian ilmiah. Bagi teman-teman peneliti, fenomena ini perlu dikaji secara klinis kaitannya.
Berawal dari *bukan penikmat kopi* karena memang tdk pernah Ngopi
Mencoba Ngopi
Apa rasanya apa bedanya
Sampai bersama sama membuat *Kopi Kampoeng* di rumah Sanusi
Ngopi di perkebunan kopi , di pusat penelitian kopi dan kakao Sampai mendatangkan barista untuk belajar meracik dan menikmati dengan benar
Ternyata memang beda
Seperti pepatah “Ada harga ada Rupa/Harga sesuai barangnya”
Kalau ngopi memang bisa dimana saja, bisa di rumah, warung sampai cafe
Mulai sekedar minum kopi Sampai sambil meeting
Cangkruan atau mengerjakan tugas
Jenis dan kualitas kopi Sampai siapa dan bagaimana meracik
Apalagi kopi yang telah melalui uji klinis dan pusat penelitian kopi
Sampai sertifikasi rasa dan halal
Disinilah yang membedakan kualitas rasa dan sekmentasi yang menikmati kopi khususnya di Bondowoso
Dan tentunya akan membedakan harga
Untuk itulah kopi Kampoeng ada dengan kualitas kopi khas dengan menyesuaikan sekmentasi khas rumah kita
studi banding ke Kave Karangmelok juga